Aceh Textile, The fabled cloths of gold
Pulau Sumatra merupakan kepulauan terbesar di Indonesia. Terletak di bagian paling barat Indonesia dan diapit oleh Selat Malaka, salah satu jalur perdagangan tertua di Asia Tenggara, membuka daerah pesisir Sumatra untuk memperluas pengaruh dari dunia luar.
Pengaruh ini sangat tampak pada penenunan dan tradisi pembuatan tekstil lainnya, tidak hanya melalui teknik melainkan juga pola dalam pembuatan motif. Penggunaan ikat, tambahan pakan sekaligus manik-manik, dan pembuatan simpul kemungkinan dapat ditemukan diantara tradisi menenun di Sumatra. Ditambah lagi, banyak kain yang dihiasi antara lain dengan dekorasi aplikasi daun emas (perada).
Aceh atau nama kepanjangannya, Nangroe Aceh Darusallam, terletak di ujung bagian paling barat Pulau Sumatera di Indonesia. Salah satu kerajaan tertua memerintah di sini pada abad 12 sampai dengan abad 13, kerajaan yang hubungan perdagangannya sangat kuat dengan dunia muslim, dan koneksi perdagangannya membentang luas sepanjang jalan ke India dan Persia (Iran di era modern).
Pakaian yang biasa dipakai berupa sarung. Warna marun, ungu, biru tua dan, hitam pada umumnya menjadi warna dominan. Bahan katun dan sutra ramai digunakan pada jaman dahulu, tetapi sekarang serat katun sintetis meningkat penggunaannya.
Photograph taken in 1900 of an Acehnese woman weaving a songket.
Nuansa warna untuk beberapa tekstil juga berubah secara perlahan karena para penenun mulai memadukan warna yang lebih terang seperti warna-warna pastel. Di beberapa tempat, mesin tenun tradisional (tenun gedog) tetap digunakan, tetapi sekarang mesin tenun otomatis (ATBM) marak digunakan karena dapat memproduksi tekstil lebih cepat agar dapat menyeimbangi permintaan pasar.
Keunikan suku Aceh di Indonesia ada di pembuatan lungsi ikat sutra, sama akan suku tetangganya yaitu Batak. Penerapan tradisi pembuatan ikat ini mewakilkan hubungan perdagangan dengan India yang dulu dimana lungsi ikat juga ditenun. Beberapa dari pakaian ini dimasukkan bahan tambahan pakan yang terbuat dari benang metalik, yang menjadikan kain ini salah satu kain emas yang melegenda.
Ija lapan hah. A rare textile dating to the early 20th century. Gold supplementry weft on plain-woven silk base. 346 x 65 cm, Collection of National Museum of Indonesia
Ija Kasab. Aceh besar, Nangroe Aceh Darusallam. Supplementary weft patterning in yellow on plain-woven basem synthetic threads, 200 x 110cm.
Acehnese. Young Woman from Pidie, Aceh ~ Sumatera ~ Indonesia ca 1899
A Gayo man on Gayo Traditional Wedding dress
Y.M.S
Referensi:
Tenun - Handwoven textile of Indonesia
Wikipedia commons
0 comments:
Post a Comment